Selasa, 27 Desember 2011

PT KHALEDA- MALAYSIA-ORANGUTANS

sakit hati ya sumpah!!!! nulis blog sambil nangis sederas angle falls! kenapa? karena lagi-lagi ULAH MALAYSIA kalo gue sing biasanya nyebut nama negara itu MALAYSHIT...semoga orang-orang yg kerja di PT KHALEDA matinya sadis kayak mereka bantai orangutans!! dan malayshit kena tsunami 100x sampe tenggelam AMEN!


Pada tanggal 3 November 2011, 1 (satu) orangutan dewasa ditemukan terluka parah di dalam perkebunan kelapa sawit PT. Khaleda Agroprima Malindo, anak perusahaan Metro Kajang Holdings Berhad dari Malaysia. Perkebunan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur. Wajah orangutan tersebut bengkak dan berlumuran darah, kemungkinan dipukuli dengan benda tumpul. 



Orangutan tersebut hanya terduduk di parit kering sebelah jalan utama di perkebunan PT Khaleda, dan dia terlalu lemah untuk bergerak. Kemungkinan besar mengalami patah tulang. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dari Kementerian Kehutanan kemudian mentranslokasikan orangutan sakit tersebut ke Taman Nasional Kutai. Semoga bisa bertahan hidup. 

Menanggapi gencarnya publikasi media mengenai pembantaian orangutan di Muara Kaman, pihak BKSDA setempat terus mengadakan penyelidikan, terutama pada perusahaan-perusahaan yang berada di Muara Kaman (empat perusahaan dan satu HTI). Hingga hari ini belum ada satupun yang bisa dijadikan tersangka karena kurangnya bukti dan saksi. 

Pada tanggal 29 Oktober, Pusat Penelitian Hutan Tropis (PPHT) Unversitas Mulawarman Samarinda berhasil merekonstruksi 1 (satu) kerangka orangutan yang diserahkan masyarakat dari kawasan perkebunan PT. Khaleda. Bukti ini melengkapi foto-foto pembantaian orangutan yang disebarkan oleh mantan karyawan yang sakit hati terhadap terhadap perusahaan kelapa sawit asal Malaysia tersebut. 

Hardi Baktiantoro, juru kampanye dari Centre for Orangutan Protection memberikan pernyataan sebagai berikut: 

“Orangutan yang terluka parah itu adalah bukti yang nyata di depan mata. Saksi juga ada. BKSDA hendaknya menyidik manajemen PT. Khaleda. Ini adalah kejahatan serius menurut Undang-undang nomor 5 tahun 1990 mengenai Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistemnya. BKSDA hendaknya bertindak proaktif. Penegakan hukum bisa dijalankan tanpa harus menunggu adanya pelapor.” 


PT. Khaleda Agroprima Malindo diduga membantai 2.000 - 2.500 orang utan di lahan sawit yang digarapnya seluas 16.000 hektar di daerah Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur. Walau dua orang karyawan perusahaan investasi perkebunan Malaysia itu sudah ditangkap polisi, tetapi humas PT Khaleda membantah perusahaannya menyuruh dan melakukan pembantaian orang utan.
 "Kami tak tak pernah membantai atau menyuruh membantai orang utan dengan upah Rp.500.000 - Rp.1 juta," ujar Khalid, humas PT Khaleda Agroprima Malindo kepada Metro TV, Rabu (23/11/2011). PT Khaleda Agroprima Malindo bergerak di perkebunan kelapa sawit, berbasis di Indonesia sejak 18 Januari 2008, adalah anak perusahaan Metro Kajang Holdings Bhd yang berkantor pusat di Kuala Lumpur, Malaysia. 
Polisi Kutai Kertanegara sudah berhasil mengumpulkan bukti-bukti pembantaian tersebut, selain foto-foto yang juga tersebar di masyarakat juga sejumlah bukti seperti sisa tulang-belulang pembantaian orang utan. Hingga sebulan terakhir publik meributkan pembantaian orang utan tapi reaksi pemerintah Indonesia dingin saja, bahkan Departemen Kehutanan di bawah menteri Zulkifli Hasan tampaknya enggan bahkan cenderung tak mengakui adanya pembantaian ini.
Sebaliknya reaksi dari pimpinan oposisi Malaysia Anwar Ibrahim sangat cepat dan melontarkannya di sidang Parlemen Malaysia, namun DPR Indonesia juga diam seribu bahasa.

ORANGUTAN SEBELUM DI BANTAI


BANGKAI ANAK ORANGUTAN
“Kami disuruh perusahaan membasmi hama sawit, salah satunya orangutan. Upah yang kami terima Rp 1juta untuk seekor orangutan,” 

KENAPA ORANGUTAN DIBANTAI????

 1. Orang utan dianggap hama yg merusak dan menggagalkan panen tanaman kelapa sawit, warga lantas menangkap, mengkerangkeng dan menyiksa orang utan, dan arga mengakhiri dengan memotong kepala orang utan tersebut #saveorangutan #pembantaianorangutan

2. Satu kepala #orangutan dihargai 500ribu-2juta oleh perusahaan #saveorangutan

3. harus berapa banyak kepala #orangutan agar dompet2 pemilik lahan sawit semakin tebal #saveorangutan

4. Kejadian berlangsung tahun 2009-2010 atas sepengetahuan dan restu perusahaan sawit #saveorangutan

5. Karena habitatnya terusik, orang utan pun merusak perkebunan sawit, dan dari situlah perusahaan membuat kebijakan bahwa ORANG UTAN ADALAH HAMA YG WAJiB DIBASMI

6. Proses pembantaian dilakukan dengan sayembara terbuka yg diumumkan oleh pihak perusahaan yg berbunyi "Barang siapa baik karyawan maupun masyarakat yg mampu menangkap orang utan itu baik dalam keadaan hidup maupun mati,diberikan imbalan berupa uang dr mulai 500ribu sampai dengan 2 juta, imbalan disesuaikan dengan besar kecilnya tangkapan itu"

7. Setelah diserahkan keperusahaan, ada petugas khusus yang membaintai orang utan satu persatu, yakni dengan cara memotong tubuh orang utan, dibungkus karung dan dibuang ke tempat khusus pembuangan yg disediakan perusahaan.

sumber lain :
8. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA Kaltim) dan Centre for Orangutan Protection (COP) telah mengevakuasi sedikitnya empat orangutan dari Muara Kaman, di sekitaran kawasan konsesi PT Khaleda, anak perusahaan Metro Kajang Holdings Berhad Malaysia dan PT Anugerah?Urea Sakti.

9. puluhan ekor orangutan Kalimantan (Pongo Pygmaeus) tewas mengenaskan di area perkebunan kelapa sawit di sekitaran Kutai Kartanegara

10. para pemburu bayaran itu mengaku telah membunuh banyak induk orangutan dan para pekerja mengakui perbuatan menyebarkan pisang yang sudah disemprot furadan untuk meracuni orangutan.
 ------------TOLONG DI LIAT YA VIDEO NYA! PENTING!

Selasa, 20 Desember 2011

Jumat, 09 Desember 2011

JUNGLE CHILD


TROUBLED is the soul that doesn’t belong and a heart torn between two worlds. A white girl, who grew up among a warring tribe forgotten by time in the jungle of West Papua, leaves her paradise to return to Europe and finds herself in turmoil as she learns to accept her new life.

Sabine Kuegler’s Jungle Child is angst ridden and pathos evoking, it touches the hearts of readers as she relives her torment of coming to terms with a new culture and letting go of a childhood which she fears she could be idealising.

Her journey begins as a white child of five with missionary and linguist German parents and two siblings as they take a trip back in time. Moving in among the warmongering Fayu tribe, they learn their language and culture, eat their food and taste their joy and sorrow of a primal life of simplicity, relishing each delightful moment and swallowing the bitter bile of dark encounters with the brutality of man and nature.

Unfettered by the biasness of maturity, Kuegler plunges headlong into her new life, accepting the Fayu for who they are, understanding their ways and ending up thinking like them. She lives the adventure of a timeless jungle where she runs, plays and swims with the Fayu, hunts with bows and arrows and shares their meal of roast bat, crocodile, birds and worms.

As nature and nurture shape her character, the Jungle Child learns the norms of society from her parents and the Fayu. The carefree days of childhood are numbered and she soon outgrows her youthful innocence and several painful events lead to her spiritual awakening.

Living with a people ravaged and decimated by tribal warfare, revenge killings and diseases, she gets swallowed by the cesspool of violence and death. The death of her adopted Fayu brother proves to be the proverbial last straw and she heads back to Western civilisation at the age of 17 and enrols a boarding school in Switzerland.

Here, she learns that what that is practical in the jungle may not necessary apply and what that may appear paltry to one society is princely to another. Kuegler struggles with her emotions and her values seem so out of place in the urban jungle.

“One fights with family over money, loyalty, and love’s disappointments and with neighbours over irrelevancies. And there is never enough time. Above all else, never enough time.” – This one paragraph tugs at my heartstrings.

This is a wonderful read, Kuegler bares her soul for all to see and her narration of her childhood in the wild helps us to understand the ways of the Fayu, her going back to Europe tells us of her internal conflicts and her quest for closure.


 

 

*OEY MOEY GOEYD INI FILM BAGUS BANGET!!!! HARUS NONTON!! GIMANA PUN CARANYA-- minta kirimin temen yang di German? beli dvd nya dari internet? cari dvd nya di jakarta sampe gila? atau langsung ke German? hahahaha....